Setelah beberapa waktu muncul isu efek samping vaksin AstraZeneca muncul ke hadapan publik dunia, akhirnya perusahaan farmasi tersebut angkat bicara dan mengakui bahwa memang ada efek sampingnya.
Hal ini tentu membuat publik tertarik mengulik lebih lanjut mengenai salah satu yang dianjurkan untuk digunakan demi melawan Covid-19 tersebut. Untuk memuaskan keingintahuan Anda terkait permasalahan ini, kami sudah merangkumkannya di bawah!
Informasi dan Fakta Terkait Isu Efek Samping Vaksin AstraZeneca
Meskipun saat sekarang proses vaksinasi dari berbagai perusahaan sudah mulai berkurang drastis, namun karena naiknya isu ini, membuat publik heboh, sehingga perlu tahu sejumlah informasi dan fakta, seperti:
1. Isu Ini Viral Karena Terungkap Pada Dokumen Pengadilan
Berdasarkan dokumen hukum yang sudah diberikan kepada Pengadilan Tinggi Inggris di bulan Februari lalu, perusahaan farmasi tersebut pada akhirnya mengakui bahwa ada efek samping vaksin AstraZeneca, yaitu menyebabkan terjadinya TTS.
TTS (Thrombosis with Thrombocytopenia Syndrome) sendiri merupakan penyakit yang membuat penderitanya mengalami pembekuan darah dan mengakibatkan trombosit darah menjadi rendah. Namun mereka menyatakan bahwa kasus ini sangat jarang terjadi dengan tidak diketahuinya mekanisme penyebabnya.
Berdasarkan informasi lanjutan, mereka menyatakan bahwa TTS juga bisa terjadi tanpa adanya produk AstraZeneca atau yang lainnya. Di mana penyebab pada masing-masing kasus tergantung kepada bukti ahli.
Perlu diketahui bahwa pengacara dari perusahaan farmasi besar dunia ini pernah mengirimkan surat tanggapan pada Mei tahun lalu. Di mana pada surat tersebut mereka menyatakan “Kami tidak menerima bahwa TTS disebabkan oleh vaksin pada tingkat generik.”
Oleh karena itu, klaim pada tahun lalu sudah terbukti tidak benar dan efek samping vaksin AstraZeneca berarti sudah diakui oleh perusahaan ini.
2. Beberapa Gugatan Hukum yang Muncul Akibat Vaksin AstraZeneca
Sebelum mencuatnya pengakuan perusahaan farmasi tersebut pada dokumen pengadilan, beberapa gugatan hukum sudah dilayangkan kepada mereka dari sejumlah pengguna vaksinnya.
Di mana kasus pertama yang ditujukan kepada datang dari Jamie Scott, seorang ayah dua anak, di mana ia berusia 44 tahun saat menerima vaksinasi tersebut. Setelah sepuluh hari seusai menerima suntikan, Scott mengeluh merasakan kelelahan dan mulai muntah.
Akhirnya setelah menerima gejala itu, kemampuan bicaranya pun perlahan menjadi terganggu, sehingga harus segera dilarikan ke rumah sakit. Saat itu, dokter memberikan diagnosis berupa dugaan kasus Trombositopenia dan Trombosis Imun yang Diinduksi Vaksin (VITT).
Beruntungnya, Scott selamat dari penderitaan yang ia tanggung, namun sayangnya ia harus mengalami cedera otak permanen. Tidak hanya gugatan dari Scott mengenai efek samping vaksin AstraZeneca tersebut, setidaknya terdaftar ada 51 kasus yang telah sudah ditujukan terhadap perusahaan tersebut.
Berdasarkan sejumlah kasus tersebut para korban dan kerabat yang berduka meminta ganti rugi dengan nilai diperkirakan mencapai £100 juta atau sekitar Rp1.721.257.967.000.
Pengacara dari sejumlah korban yang menggugat berpendapat bahwa vaksin Atersebut “cacat” dan kemanjurannya “sangat dilebih-lebihkan”, lalu AstraZeneca membantah keras klaim ini.
3. Efek Samping Vaksin AstraZeneca Lainnya
Seperti pengakuan dari perusahaan ini di dokumen pengadilan, bahwa memang ada kemungkinan terjadinya TTS, walaupun sangat kecil. Namun terlepas dari TTS yang ternyata membahayakan ini, ada juga sejumlah efek samping seusai mendapatkan vaksinnya.
Di mana berdasarkan rilis WHO, efek sampingnya pada umumnya mencakup gejala ringan hingga sampai dengan sifat jangka pendek, serta bisa sembuh dengan sendirinya.
Di mana hal ini ini pun telah dikaitkan dengan berbagai efek samping umum, seperti rasa tidak nyaman di tempat suntikan, merasa kurang enak badan secara umum, lelah, dan demam.
Selain itu, gejala lainnya adalah merasa mual, sakit kepala, nyeri otot dan sendi, pembengkakan, munculnya kemerahan pada tempat suntikan, pusing, rasa kantuk, keringat berlebihan, sakit perut, dan lain sebagainya.
4. Beberapa Negara Menghentikan Pemberian Vaksin
Di tengah naiknya laporan mengenai efek samping vaksin AstraZeneca, seperti pembekuan darah, akhirnya sejumlah negara memutuskan untuk menghentikan penggunaan vaksin COVID-19 secara umum.
Misalnya saja di Maret 2021, Austria memberhentikan penggunaan satu batch vaksin akibat dua orang menderita pembekuan darah seusai disuntik, lalu salah satunya meninggal. Lalu perlahan puluhan negara terutama kawasan Eropa memutuskan untuk menangguhkan penggunaan vaksin COVID-19 AstraZeneca.
Lalu negara yang berhenti menyuntikannya secara total adalah Kanada, Slovenia, Indonesia, Irlandia, Denmark, Thailand, Belanda, Norwegia, Malaysia , Islandia, Kongo, Bulgaria, Spanyol, Jerman, Prancis, Australia, Italia, Swedia, serta Latvia.
5. Tanggapan Epidemilog dan Menkes
Epidemilog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman, menyatakan bahwa kasus pembekuan darah pada pasien sesuai vaksinasi AstraZeneca merupakan kondisi langka. Kejadian tersebut disebut langka karena jumlah kejadiannya sangat sedikit.
Meskipun hal tersebut terlihat menakutkan, ia tetap menyarankan publik tidak merasa takut divaksin karena persentase TTS sangat kecil. Ia juga menyarankan agar petugas memberikan edukasi mengenai gejala pasca vaksinasi dan harus melapor saat keluhan signifikan.
Sementara itu, Menkes Budi Gunadi Sadikin menyatakan bahwa manfaat vaksin dari AstraZeneca jauh lebih besar daripada risiko efek sampingnya. Namun untuk menindaklanjuti risiko ini, pemerintah sudah menggunakan protokol pengawasan berstandar global.
Seusai mendapatkan informasi terkait efek samping vaksin AstraZeneca tersebut, semoga Anda bisa lebih bijak dalam menerima informasi dan memutuskan sesuatu terkait vaksinasi.